Manfaat Zat-Zat Gizi bagi wanita Sepanjang Daur Kehidupannya
Masa
kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan,
karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin
dalam kandungan. Akan tetapi perlu diingat bahwa keadaan kesehatan dan status
gizi ibu hamil ditentukan juga jauh sebelumnya, yaitu pada saat remaja atau
usia sekolah. Demikian seterusnya status gizi remaja atau usia sekolah
ditentukan juga pada kondisi kesehatan dan gizi pada saat lahir dan balita.
United
Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan
upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok umur, dengan mengikuti siklus
kehidupan. Faktor penyebab masalah gizi menunjukkan secara sistimatis
determinan yang berpengaruh pada masalah gizi yang dapat terjadi pada masyarakat.
Sehingga upaya perbaikan gizi akan lebih efektif dengan selalu mengkaji faktor
penyebab tersebut.
Kehidupan
manusia dimulai sejak di dalam kandungan ibu. Sehingga calon ibu perlu
memounyai kondisi yang baik. Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi
yang sangat diperlukan bagi sang bayi untuk menjadi sehat. Jika tidak, maka
dari awal kehidupan kehidupan manusia akan bermasalah pada kehidupan
selanjutnya.
Bayi
berat lahir rendah (BBLR) adalah keadaan bayi lahir dengan berat badan <2500
gram. Keadaan gizi ibu yang kurang baik sebelum hamil dan pada waktu hamil
cenderung melahirkan BBLR, bahkan kemungkinan bayi meninggal dunia.
Sejak
anak dalam kandungan hingga berumur 2 tahun merupakan masa emas yang merupakan
masa kritis untuk tumbuh kembang fisik, mental dan sosial. Pada masa ini tumbuh
kembang otak paling pesat (80%) yang akan menentukan kualitas SDM pada masa
dewasa. Sehingga potensi anak dengan IQ yang rendah sangat memungkinkan.
Anak
yang dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi menjadi anak dengan gizi
kurang bahkan menjadi buruk. Lebih lanjut lagi gizi buruk pada anak balita
berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Setiap anak gizi buruk
mempunyai risiko kehilangan IQ 10-13 poin. Lebih jauh lagi dampak yang
diakibatkan adalah meningkatnya kejadian kesakitan bahkan kematian. Mereka yang
masih dapat bertahan hidup akibat kekurangan gizi yang bersifat permanen
kualitas hidup selanjutnya mempunyai tingkat yang sangat rendah dan tidak dapat
diperbaiki meskipun pada usia berikutnya kebutuhan gizinya sudah terpenuhi.
Istilah “generasi hilang” terutama disebabkan pada awal kehidupannya sulit
memperoleh pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
Gambaran
kurang gizi lainnya yang juga menjadi masalah gizi utama adalah Kurang zat gizi
mikro, seperti kurang vitamin A, kurang zat besi, dan kurang yodium terutama di
beberapa daerah endemis. Lebih dari 100 juta penduduk berisiko untuk kurang zat
gizi mikro ini.
Kurang
zat besi pada wanita hamil meningkatkan risiko kematian wanita pada saat
melahirkan, dan meningkatkan risiko kematian risiko bayi yang dilahirkan kurang
zat besi. Bayi yang kurang besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan
sel-sel otak yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak
Kurang
vitamin A selain berdampak pada risiko kebutaan juga risiko kematian balita
karena infeksi. Kurang vitamin A ikut berperan pada tingginya angka kematian
balita di Indonesia dan berpotensi terhadap rendahnya produktivitas kerja.
Kekurangan
Yodium dapat menyebabkan kerusakan mental. Pada ibu yang kekurangan yodium
menyebabkan bayi lahir mati, cacat fisik atau kerusakan berat pada otak.
Penduduk yang tinggal di daerah rawan kurang yodium berpotensi kehilangan IQ
sebesar 50 poin IQ per orang. Diperkirakan 10% penduduk usia dewasa di perkotaan
atau 10 juta orang mengalami gizi lebih. Hal ini perlu disikapi mengingat
kelebihan gizi dapat menyebabkan penyakit degeneratif seperti diabet, jantung
koroner, hypertensi, osteoporosis dan kanker.
Berbagai
permasalahan Gizi
Indonesia
pada saat ini mengahadapi masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan
adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan
oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan
kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan.
Permasalahan
gizi dapat timbul karena:
1. Undernutrition:
kekurangan konsumsi pangan secara relatif maupun absolut untuk periode
tertentu.
2. Specific
Deficiency: kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan
vit A, Iodium, Fe, dll
3. Over
Nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
4.
Imbalance:
terjadi karena disproporsi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak
seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density
Lipoprotein).
Kurang
Energi Protein (KEP)
Kurang
energi protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum
dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat
pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan
mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Sedangkan pada orang dewasa, KEP
dapat mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan derajat kesehatan
sehingga menyebabkan rentan terhadap penyakit. Status gizi balita diklasifikasi
dalam gizi buruk, gizi kurang, dan gizi baik. Apabila hal ini berlangsung lama
akibatnya akan terjadi kekurangan Energi dan Protein atau Calori Protein
Malnourished, terutama bila terjadi pada anak atau balita, antara lain ;
a.
Kwasiorkor
Kwasiorkor
berasal dari bahasa Ghana, Afrika yang berarti “penyakit yang terjadi pada anak
pertama bila anak kedua sedangditunggu kelahirannya”. Merupakan penyakit yang
terjadi pada anak akibat kekurangan
protein, terjadi pada bayi dan balita, lebih banyak terjadi pada anak
usia 2-3 tahun yang terlambat menyapih sehingga keomposisi gizi makanan tidak
seimbang terutama protein. dengan tanda-tanda khas :
Pertumbuhah terhambat (berat badan
kurang, tidak sesuai dengan umur)
bengkak pada perut, kaki, tangan dan
anggota lain (edema)
berat badan kurang, tidak sesuai dengan
umur
wajah sembab, bulat seoerti bulan (moonface)
otot-otot kendur
Tanda-tanda
ini disertai dengan :
Anak apatis, tidak gembira dan sering
merengek
Tidak ada nafsu makan
Rambut tipis dan kulit kusam, mudah
rontok
Feces encer
Terjadi pembesaran pada hati dan sering
disertai dengan anemia
Kulit mengalami depigmentasi, kering,
pecah dan mengelupas
Luka sukar sembuh
Penyakit
ini bayak terjadi pada keluarga yang berpenghasian rendah sehingga kemampuan
untuk membeli bahan makanan juga rendah, selain itu terjadi juga pada keluarga
dengan pengetahuan gizi yang rendah.
b. Marasmus :
Marasmus berasal dari bahasa Yunani yang berarti wasting/merusak.
Penyakit ini umumnya terjadi pada bayi (dua belas bulan pertama), karena
terlambat diberi makanan tambahan. Penyakit ini terjadi karena terlalu encer
dan tidak higienis atau sering kena infeksi terutama gastroenteritis. Marasmud berpengaruh
jangka panjang terhadap mental dan fisik yang kurang diperbaiki. Tanda-tanda
yang khas : penyapihan mendadak, formula pengganti ASI
Badan
sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
-
BBLR (Berat Badan waktu Lahir Rendah)
-
Wajah seperti orang tua
-
Wajah tua, kulit keriput, pantat kosong, paha kosong, tulang iga tampak jelas
Keadaan
ini disertai dengan :
-
Pucat karena anemia
-
Tinja encer
-
Dehidrasi karena banyak keurangan cairan
-
Terjadi gejala kekurangan vitamin A dan mineral
Gizi
buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari
dalam waktu yag cukup lama, yang ditandai dengan berat badan menurut umur
(BB/U) berada pada <-3 SD tabel baku WHO-NCHS atau tanda-tanda klinis gizi
buruk yaitu marasmus dan kwashiorkor. Dilihat dari pengertiannya, dapat
diketahui bahwa penyebab utama gizi buruk timbul karena komsumsi makanan yang
merupakan sumber energi ataupun protein sangat rendah. Biasanya hal ini juga
dibarengi dengan adanya infeksi yang menyerang. Bisa dikatakan, sudah konsumsi
makannya rendah, terkena infeksi lagi.
2.
Anemia Gizi Besi (AGB)
Penyebab
masalah AGB adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi makanan
sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan biologik tinggi (asal hewan), dan
pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid atau pada
persalinan.
AGB
dapat menyebabkan penurunan kemampuan fisik atau produktivitas kerja, penurunan
kemampuan berpikir dan penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi.
Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada
kelompok sasaran.
3.
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Kekurangan
Iodium terutama terjadi di daerah pegunungan , di mana tanah kurang mengandung
Iodium. Penanggulangan masalah GAKI secara khusus dilakukan melalui pemberian
kapsul minyak beriodium/iodized oil capsule kepada semua wanita usia subur dan
anak sekolah dasar di daerah endemik. Secara umum pencegahan GAKI dilakukan melalui
iodisasi garam dapur.
GAKI
dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok (tiroid). Pada anak-anak
menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan jasmani, maupun mental. Ini menampakkan
diri berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang atau bodoh.
4.
Gangguan akibat kekurangan vitamin A
Kekurangan
vitamin A atau KVA dapat menyebabkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang infeksi, yang sering menyebabkan kematian pada
anak-anak. Penyebab masalah KVA adalah kemiskinan dan kurangnya pengetahuan
tentang gizi.
Ø Buta
senja
Salah
satu tanda awal kekurangan vitamin A adalah buta senja (niktalopia) yaitu
ketidakmampuan menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke cahaya
remang-remang/senja.
Ø Perubahan
pada mata
Kornea
mata terpengaruh secara dini oleh kekurangan vitamin A. Kelenjar air mata tidak
mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan mata pada selaput yang
menutupi kornea.
Ø Perubahan
pada kulit
Kulit
menjadi kering dan kasar dan folikel rambut menjadi kasar, mengeras dan
mengalami keratinisasi yang dinamakan hiperkeratosis folikular.
Ø Gangguan
pertumbuhan
Kekurangan
vitamin A menghambat pertumbuhan sel-sel, termasuk sel-sel tulang yang
membentuk email gigi terganggu dan terjadi atrofisel-sel yang membentuk dentin,
sehigga gigi mudah rusak.
Ø Infeksi
Lapisan
sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak
mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganismeatau bakteri dan
virus yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan.
0 komentar:
Posting Komentar